Saturday, November 15, 2008

20 tahun di Jakarta dengan Sepoetro


Salah satu teman dekat saya menjuluki saya ‘miss Drama Queen’. Kenapa? Segala event di mata saya adalah drama. Kepada dia saya sering menceritakan perisiwa sehari-hari saya dengan penuh semangat, penuh drama. Padahal biasanya kejadian-kejadian tersebut tidak istimewa.
Hal ini terulang ketika memasuki bulan Oktober 2008, tepat 20 tahun saya di Jakarta. Tidak ada yang menganggap peristiwa ini istimewa ..hiks. Membuat penuh Jakarta selama 20 tahun kok bangga, kok heboh? Anyway rumah saya di Jakarta cuma 2 jam (dulu 4 jam) dari rumah orang tua, so it is not a big deal.

But mengingat 20 tahun di Jakarta ini, ada dorongan dalam diri saya untuk menyampaikannya kepada dulur di Sepoetro. Tentu saja para dulur bingung sebagian berani ngeledek, sebagian lain mungkin tertawa dalam hati.
Kalau saya mengingat ke belakang, dulur Sepoetro-lah yang paling lama, paling ajeg menemani saya di Jakarta. Baru setelah beberapa tahun saya di sini, adik-adik saya satu-persatu menyusul. Until then, dulur Sepoetro-lah teman saya. Well, teman kantor juga dekat dengan saya, namun selama 20 tahun ini saya bekerja di 4 kantor yang berbeda, so..

Berteman selama 20 tahun lamanya, salah satunya, berarti tumbuh bersama. Mulai dari muda dulu yang kurang paham ilmu agama, yang lebih judgemental, dan yang mungkin less bijaksana, menjadi orang-orang yang sekarang masih juga belum lulus ilmu agama, masih judgemental, namun bisa lebih tenang dalam menghadapi situasi.

Bersama-sama kami melihat anak-anak lahir satu-persatu dan menjadi besar. Di awal Sepoetro momongan hanya ada 1, mas Edho. Hingga sekarang, kami belum kehabisan bayi lahir, meskipun mas Edho sudah jauh dari kami. Kami sama-sama melihat Erza yang waktu kecil tidak bisa diam (termasuk pada saat ceramah agama), sampai sekarang dia menjadi anak yang sangat santun. Melihat Rayhan yang di waktu kecil bisa berdiri tenang sepanjang tarawih, dan sekarang masih sibuk keliling naik delman beberapa putaran. Saya harus berterima kasih saya diijinkan untuk ikut melihat perkembangan anak-anak Sepoetro meskipun in a distance (maklum affection terhadap anak-anak, dibanding dengan dulur lain, mungkin sayalah yang paling kecil).

Dulur Sepoetro pun jadi bagian yang asyik dikenang. Ambil contoh saja mas Pram. Di awal Sepoetro beliau hampir selalu datang di awal, sampai menginap di Bintaro. Lalu datang masa dia tidak bisa hadir terlalu lama..ada pacar rupanya. Kami pun ramai-ramai datang ke Sleman untuk hadir di pernikahan beliau. Dari membawa 1 anak, kemudian 2 anak, hingga sekarang anak-anaknya sudah punya acara sendiri dan membiarkan mas Pram dan mbak Lily pergi acara Sepoetro berdua.
Blockquote
Yang semula saya anggap tidak terlalu serius, pemilihan ketua, turut menjadi fenomena yang senang juga saya amati. Yang rajin, yang sibuk, yang penuh inisiatif, bermacam-macam, semua sah saja dan diterima dengan senang, yang penting mengingatkan kami untuk punya Sepoetro.

Selain terbawa untuk ikut menambah ilmu agama, dengan Sepoetro saya menambah alasan untuk piknik. Mulai dari pinggir danau Cibubur belasan tahun lalu, Situ Gintung, berbagai tempat di Puncak, hingga perjalanan jauh ke Malang untuk menghadiri peringatan 1000 hari wafat mbah kakung Tedjo Sepoetro.

Selama tahun-tahun itu pula Sepoetro mengantar orang-orang tua yang kami cintai menghadap sang Khalik. Sepoetro mengajarkan saya untuk tetap hormat pada orang tua dan melihat mereka dengan mata yang obyektif (= tidak semua nasihat ditelan dan tidak semua nasihat dibilang kuno). Betapapun tidak setujunya kami dengan mereka, kami tumbuh untuk selalu menghargai mereka.

All-and-all Sepoetro menawarkan sebuah perspektif kepada saya tentang kelahiran, membesarkan anak, menghormati orang tua, menemani kematian, kehidupan keluarga kecil, dan kehidupan keluarga besar. That adds to my believe that strong family helps to create strong society. In a away, Sepoetro helps me to believe that to create a strong society is not impossible in a crowded city like Jakarta.

Sekarang saya memasuki tahun ke 21 di Jakarta, masih bersama Sepoetro dan cerita-cerita barunya. Am I still ‘miss Drama Queen’ to you?

2 comments:

Isti N. Saptiono said...

Wah.. terharu deh bacanya..
It's nice to know that our Sepoetro Club has benefits to us. Saya pun merasakan hal yang sama

SMP NEGERI 1 LEMBANG said...

Nah ini sungguh perjalanan yang cukup lama untuk dibuat cerpen. siapa tau ada MITRA yang berkenan membuat bukunya.